MENARANEWS (Demak) – Bertempat di Desa Timbulsloko, Sayung, Kab Demak, Hari Nelayan diperingati dengan sederhana namun berkesan. Acara yang digagas oleh PPNI (Persaudaraan Perempuan Nelayan Indonesia) tersebut dimulai dengan menyanyikan Indonesia Raya, serta digelar diskusi : Timbulsloko Menolak Tenggelam “Gerakan Nelayan Pesisir Demak Merawat Pesisir. Selasa (6/4/21).
Dalam diskusi tersebut Ketua DPRD, Sri Fahrudin Bisri Slamet, menyampaikan bahwa pihaknya datang ke Timbulsloko bukan semata sebagai pejabat, namun lebih sebagai wakil rakyat, dimana sejatinya Ia seharusnya berbuat sesuai dengan keinginan dan harapan rakyat.
“Seperti halnya keinginan dan harapan warga Timbulsloko agar menjadi warga yang berdaya. Maka saya datang kesini semoga bisa bermanfaat untuk pemberdayaan warga. Maka setelah melihat keadaan Timbulsloko ini, selanjutnya kami akan koordinasikan dengan pihak pusat dan provinsi, terkait bagaimana cara membuat masyarakat di sini berdaya,” ucap Ketua DPRD.
Ia juga menyampaikan permintaan maaf, karena telah terlambat menyadari situasi di Timbulsloko, namun pihaknya akan berupaya mencarikan solusi. Salah satunya adalah dengan meminta Dinas Lingkungan Hidup untuk membuat riset demi mencari solusi dengan cara yang komprehensif.
“Jadi untuk penangaan di desa pesisir seperti ini penanganan dan solusinya harus dengan komprehensif bukan parsial,” ucapnya.
Sekjen PPNI memberikan produk olahan hasil laut pada Ketua DPRD dan Direktur LBH Apik
Dalam acara tersebut Sekjen PPNI, Masnuah, menyampaikan bahwa terpilihnya desa Timbulsloko menjadi tuan rumah dalam rangakian peringatan Hari Nelayan, dikarenakan warga di desa tersebut memiliki keinginan yang tinggi untuk lepas dari masalah, yaitu rob.
Masnuah menyampaikan, bahwa sejak 2015 Timbulsloko terkena dampak rob, bahkan pernah terisolir, karena akses jalan untuk masuk ke desa tertutup rob. Hingga akhirnya warga iuran untuk membuat jembatan dan selebihnya membuka open donasi, hingga akhirnya akses jalan sudah berdiri. Spirit inilah yang dipreasiasi PPNI.
“Setelah pembangunan fisik sudah berjalanan, selanjutnya adalah pemberdayaan warganya, terutama perempuan di bidang UMKM. Kami siap membina dengan memulai dari pengolahan hasil laut, dimana hal itu sebagai bagian dari gerakan nelayan dalam merawat pesisir, apakah ibu ibu bersedia?” tanya Masnuah yang langsung disambut seruan kesanggupan oleh Ibu – Ibu warga Timbulsloko .
Antusias warga dalam diskusi yang dimoderatori Cornel dari LBH Semarang cukup tinggi, dimana warga berharap agar desa pesisir (tidak hanya Timbulsloko namun juga desa – desa lainnya) juga diperhatikan oleh Pemerintah. Selain itu mereka juga berharap agar pembangunan tol memperhatikan dampak baik dan dampak buruknya bagi desa – desa yang terkena proyek atau disekitarnya.
Masukan –masukan dari warga tersebut, dicatat oleh narasumber baik Ketua DPRD maupun Dinas Lingkungan Hidup dan kemudian akan ditindaklanjuti untuk memberikan solusi.
Acara Hari Nelayan tersebut dihadiri juga LBH Apik Semarang, Tim Solidaritas Kemanusiaan dan juga Kepala Desa setempat, serta Fosil dan FDH yang merupaka penggiat lingkungan hidup Demak yang pada kesempatan tersebut membagian tanaman pangan bagi warga Timbulsloko. (NSN)