MENARAnews, Medan (Sumut) – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pesimis Pemerintah Kota (Pemko) Medan mampu mengatasi sindrom burnout terhadap anak selama proses Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Keraguan itu dapat dilihat dengan tolak ukur keluharan orang tua yang tinggi terhadap PJJ yang diikuti anak-anak mereka.
Ketua Badan Koordinasi (Badko) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Sumatera Utara (Sumut), Alwi Hasbi Silalahi mengatakan bahwa Psikolog anak, Christina Hasibuan yang baru – baru ini memaparkan kepada sejumlah media tentang harapan agar Pemko Medan aktif dalam pencegahan sindrom burnout sangat tepat. Karena Pemko Medan yang sesungguhnya mengetahui kondisi daerahnya termasuk warganya.
Namun jika mengacu pada kondisi saat ini, Alwi berharap para pegiat pendidikan dan anak tidak perlu berharap banyak. Karena kenyataan dilapangan sangat berbeda dengan keinginan sejumlah pihak.
“Mengutarakan harapan saat ini sama saja bermimpi di atas mimpi. Susah terwujud karena kita lihat belum ada paparan dari pihak pendidikan yang menangani PJJ tentang program tersebut dengan baik dan benar. Banyak keluhan orang tua, namun respon juga belum ada. Anak-anak stres karena tidak ada teman berbagi. Sementara orang tua banyak tidak memiliki kemampuan untuk mendirikan selayaknya guru,” jelasnya.
Alwi mencontohkan, program Belajar Dari Rumah (BDR) yang menggunakan teknologi kekinian telah menjadi beban baru bagi anak. Sementara jika melakukan pertemuan langsung atau tatap muka sangat mustahil. Karena saat ini Pemko sangat lamban menekan angka covid 19. “Bukan tabu, tetapi kan harus ada dalam program itu untuk menghilangkan stres anak. Contohnya bermain sesama anak yang dipandu guru melalui virtual. Membuat kuis permainan yang membuat anak tidak paranoid dengan HP dan laptop,” jelasnya.
Alwi mengatakan agar masyarakat tidak berharap banyak kepada pemerintah. “Kita doakan saja pemerintah sehat. Karena kekuatan kita saat ini hanya doa. Selebihnya tidak ada. Kritik dan harapan dibawa dalam doa. Karena menurut saya semua gagal. Orang tua stress, anak stress dan tenaga pengajar juga stress. Karena kita yakin para guru kita juga masih memiliki kerinduan dan tanggung jawab moral untuk mendidik anak agar menjadi generasi bangsa yang baik,” ujarnya. (red)