MENARAnews.com, Denpasar (Bali) – Pasca aksi protes yang dilakukan salah satu ormas di Bali, yaitu Patriot Garuda Nusantara (PGN) Bali terhadap acara Doa Untuk Negeri yang diselenggarakan di Hotel Princess Keisha bertepatan dengan perayaan Natal 2019, adu argumen dan saling menyalahkan pihak satu dan lainnya pun bermunculan di media sosial.
Koordinator Lapangan (Korlap) PGN, Gus Yadi dalam orasinya meminta kepada pihak kepolisian mengambil alih atau membubarkan acara tersebut.
“Saya mohon kepada kepolisian bisa mengambil alih keinginan kami sebagai anak bangsa untuk tidak mendatangkan lagi massa dari kelompok 212,” ujarnya.
“Pancasila tidak boleh diganggu oleh ideologi manapun. Saya sebagai panglima PGN telah mempersembahkan segenap jiwa dan raga untuk Bangsa Indonesia,” tegas Gus Yadi.
Pasca aksi protes tersebut, dilakukan sebuah acara ngopi bersama guna mengklarifikasi aksi protes PGN Bali, dengan dipimpin oleh Ketua Umum PGN, Gus Nuril. Sayangnya beredar video acara tersebut yang mana isi statement-nya memiliki kecenderungan sepihak dan malah memojokkan beberapa pihak ormas yang hadir dalam acara doa untuk negeri di Hotel Princes Keisha dan bahkan institusi negara, yakni Polri.
Ormas-ormas islam yang hadir dalam acara Doa untuk Negeri itu pun menjadi gerah dan turut bersuara bahwa kegiatan acara doa untuk negeri murni dilakukan untuk penggalangan dana tanpa bermaksud untuk memberikan kesempatan radikalisme masuk ke Bali.
Melihat permasalahan tersebut, Pembela Kesatuan Tanah Air Indonesia Bersatu (PEKAT IB) Bali berinisiatif untuk memfasilitasi atau menengahi Pihak Hotel Princess Keisha dan beberapa Ormas yang ada di Bali untuk meluruskan ataupun menengahi permasalahan yang dirasa dapat berdampak pada kondusifitas Bali sebagai destinasi Pariwisata.
Dalam kesempatan tersebut Pemilik Hotel Princess Keisha, Haji Said Salim menegaskan bahwa pihak hotelnya hanya menyewakan Ballroom hotel selayaknya hotel pada umumnya. Dan terkait perijinan acara pun merupakan kewenangan dari panitia acara.
“Sebagai pihak hotel hanya menyewakan, selebihnya urusan panitia,” pungkasnya dalam acara klarifikasi tersebut di Sekretariat PEKAT IB Bali, Selasa (7/1/2019).
Tak ingin kejadian yang sama terjadi lagi, Haji Said pun berharap agar permasalahan seperti ini cukup terjadi satu kali saja.
“Pengalaman yang luar biasa bagi Hotel Princes, saya nyatakan mulai sekarang ini, inj yang pertama dan terakhir kali, InsyaAllah,” tutur Haji Said Salim.
OKK DPW Pekat Bali, Anak Agung Gede Suryawan, merasa bahwa kunci permasalahan ini sebenarnya berawal dari aksi protes PGN Bali yang dipimpin Gus Yadi.
“PGN memberikan statement di Media sosial yang mana Hotel Princes Keisha memelihara FPI itu merupakan statement dari Gus Yadi,” ujarnya.
Dia pun kecewa terhadap sikap Pimpinan PGN Bali, Gus Yadi, karena berawal dari statement tersebut beredar stigma bahwa Bali membiarkan radikalisme masuk.
Menutup acara mediasi pihak Hotel Princess Keisha dan Ormas di Bali, Ketua DPW PEKAT IB Bali, Ida Bagus Alit Manuaba menyatakan dengan tegas bahwa ormas-ormas di Bali tidak ada yang mendukung radikalisme, semuanya NKRI.
“Ini bagian dari oknum ormas yang menyatakan ada beberapa ormas bali yang dianggap mendukung radikalisme, yang memyatakan bahwa Bali dianggap mendukung radikalisme, mendukung FPI, itulah yang membuat ormas-ormas lain yang pada saat itu hadir menjadi gerah. Oleh karena itu dalam acara hari ini kita semua ingin mengklarifikasi bahwa tidak ada satu pun ormas di Bali yang mendukung radikalisme, kemudian HTI itu sudah tidak ada, semua NKRI. Karena itu semua yang disini menyatakan sikap tidak ada mendukung itu,” tegasnya.
Acara klarifikasi ini pun turut dihadiri oleh Yayasan Tirto Kauripan Nusantara Pusat, Yayasan Tirto Kauripan Nusantara Bali, Yayasan Taksu Gumi Tangsul.(DI)
Editor: N. Arditya