MENARAnews.com, Denpasar (Bali) – Salah satu kelompok spiritual Tiongkok kuno, Falun Dafa menggelar aksi protes di depan Konsulat Jenderal Republik Rakyat Tiongkok, Jalan Tukad Badung, Denpasar, Kamis (9/1/2020). Puluhan penekun spiritual berbaju kuning itu protes dengan melakukan meditasi. Langkah itu juga dilakukan lantaran Falun Dafa atau Falun Gong di Tiongkok sendiri kerap diperlakukan tidak manusiawi.
Relawan aksi damai tersebut, Putu Arta menjelaskan kepada MENARAnews menggelar aksi memang rutin dilakukan setiap Kamis. Tujuannya untuk menyampaikan keluhan praktisi Falun
Dafa yang ada di Tiongkok ditindas, bahkan organ
tubuhnya diambil hidup-hidup.
“Mereka menindas aktivis Falun Dafa karena disana yang ikut lebih banyak dari pada massa partai politik,” terangnya.
Hal itulah membuat aktivis yang ada di Bali terketuk hatinya dalam menyampaikan agar distop penindasan tersebut. Sehingga sebanyak 20 orang aktivis melakukan meditasi sebagai bentuk protesnya ke Konsulat Jenderal Republik Rakyat Tiongkok. Namun sayang ia mengaku aksinya itu di stop oleh petugas di pertengahan.
“Rencananya ini sampai pukul 12.00, tapi dikasih waktu hanya satu jam saja. Katanya dapat merusak hubungan baik dalam sistem pemerintahan sehingga kami dibubarkan secara paksa,” ungkap dia.
Dalam kesempatan itu, Arta juga menjelaskan bahwa aktivis Falun Dafa ditindas lantaran takut disaingi. Selain itu pihaknya juga memang lebih mendalami spiritual. Dia menambahkan penindasan itu mulai pada tahun 1999 silam sampai sekarang terus terjadi. Bahkan di Tiongkok tidak ada media yang berani mengungkap hal itu, katanya.
Bahkan sampai saat ini penindasan semakin keji dan kerap terjadi praktik perampasan organ tubuh praktisi untuk diperjual-belikan.
“Untuk itu kami praktisi Falun Gong di Indonesia merasa menyuarakan solidaritas dan ingin mengungkap fakta kejahatan kemanusiaan ini kepada masyarakat luas. Agar penindasan segera berakhir,” terangnya.
Lanjut dia, berdasarkan undang-undang No.9/1998 tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum, sehingga membuat aksi tersebut. Selain meditasi dan membentangkan spanduk, pada saat dibubarkan mereka juga melakukan bersih-bersih di lokasi aksi. Bahkan mereka beralaskan triplek untuk meditasi yang dibawa masing-masing praktisi.
Tambahnya, aksi damai yang dilakukan Falun Dafa tersebut tidak berkaitan dengan pemberitaan berulahnya kapal nelayan China di Laut Natuna, Indonesia.
“Kami tidak ada tanggapan resmi terkait Natuna, sepenuhnya kami serahkan pada Pemerintah untuk mengurusnya,” tuturnya.
Namun berkaitan dengan hal tersebut, dirinya meyakini bahwa Indonesia sebagai negara berdaulat tidak mudah untuk di intervensi oleh negara laiin.
“Pemerintah lebih memahami bahwa Indonesia adalah negara berdaulat ya, jadi tidak gampang untuk diintervensi, itu kami pegang teguh. Maka dari itu kami juga bangga dapat dinaungi oleh undang-undang negara Republik Indonesia dan dapat bebas melakukan kegiatan seperti ini,” tutupnya (DI)
Editor: N. Arditya