MENARAnews, Pandeglang (Banten) – Eksistensi alat musik tradisional Rampak Bedug di daerah asalnya, yakni Kabupaten Pandeglang kini mulai meredup. Soalnya dalam beberapa tahun terakhir, tidak ada lagi kegiatan Festival Rampak Bedug. Padahal dulunya, festival kesenian itu selalu dinanti oleh masyarakat.
Apalagi kesenian Rampak Bedug sudah dikenal luas hingga internasional. Tapi ironisnya, kini malah kementerian yang lebih sering mengadakan kegiatan dengan melibatkan Rampak Bedug.
“Saya khawatir di Pandeglang yang menjadi tempat lahirnya, mati dengan sendirinya. Padahal Banten dan Dunia internasional sudah mengakui,” ujar Mantan Direktur Banten Heritage, Dadan Sujana, Kamis (28/11/2018).
Dadan mengungkapkan, seni musik Rampak Bedug tidak ada pembaharuan. Hal itu diperparah dengan minimnya pertunjukkan Rampak Bedug di Pandeglang.
Selama beberapa tahun ke belakang, seni pertunjukkan Rampak Bedug hanya diselenggarakan pada ajang seremonial semata seperti Hari Ulang Tahun Pandeglang, yaitu 1 April. Atau apabila ada kunjungan pejabat pemerintah pusat. Sementara di luar itu, sinarnya tidak terlihat.
“Rampak bedug harus berinovasi bagaimana caranya seni ini nikmat didengar dan ditonton. Musiknya tidak ada pembaharuan. Pemerintah hanya menjadikan sebagai sarana seremonial,” sambungnya.
Dadan menuturkan, jika tidak dilakukan inovasi, bukan tidak mungkin seni Rampak Bedug di Pandeglang mengalami kepunahan.
“Saya melihat upaya tersebut sudah dilakukan dengan disebarkan rampak bedug ke seluruh sekolah. Bahkan diantaranya sudah dijadikan ekskul. Akan tetapi mereka hanya memainkan tanpa ada satu event yang menampilkan. Dengan tidak adanya inovasi tentang Rampak Bedug, saya lihat ini adalah jurang-jurang kepunahan,” bebernya panjang lebar.
Maka dari itu, Dadan menyarankan pemerintah membuat museum Bedug disertai musik Rampak Bedug klasik ataupun modern. Supaya kesenian tradisional itu tetap membumi dan lestari dikalangan generasi muda.
“Saya ingin ada satu museum bedug dan disitu ditampilkan beberapa Rampak Bedug yang bisa dinikmati. Tampilkan musik rampak yang klasik dan modernnya sebagai perpaduan. Mestinya itu bisa dilakukan, tinggal bagaimana keseriusan pemerintah,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Kebudayaan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kabupaten Pandeglang, Arief Mukharam membantah jika pemerintah tidak pernah menyelenggarakan lagi festival Rampak Bedug.
Terakhir, Dinas Pariwisata mengadakan Festival Rampak Bedug Nusantara tahun 2018. Bahkan Arif mengungkapkan, kini seni Rampak Bedug juga sudah banyak dikolaborasikan dengan berbagai jenis alat musik baik tradisional maupun modern.
“Kebetulan, tahun kemarin ada dari Dispar Festival Rampak Beduk Nusantara. Lalu Dindikbud bekerjasama dengan kementerian dan sebuah sanggar, menyelenggarakan festival bedug se-Banten yang diikuti dari berbagai daerah,” ujarnya.
Dia juga menampik jika eksistensinya kian meredup. Pasalnya populasi sanggar Rampak Bedug di Pandeglang masih eksis. Tercatat saat ini ada sekitar 20 hingga 25 sanggar di Pandeglang. Bahkan dibeberapa kampung juga tetap memainkan alat musik tersebut terutama saat acara keagamaan.
“Saya kira, bedug saat ini lebih menyebar bahkan ke internasional. Karena dulu kan cuma ada di Pandeglang. Tapi sekarang sudah banyak dimainkan juga di daerah lain di Banten. Sanggar bedug di kita masih eksis. Banyak kok,” tegasnya.
Oleh karena itu, Arif tidak khawatir jika seni Rampak Bedug akan punah. Karena wabahnya kini sudah tersebar ke berbagai daerah ditingkat nasional hingga internasional.
“Saya tidak khawatir punah karena masih banyak yang memainkan bedug. Apalagi ini sudah menjadi ikon Pandeglang,” ucapnya yakin.
Hanya dia mengakui, tidak banyak sanggar yang muncul kepermukaan untuk mengikuti perlombaan. Kemudian ditingkat sekolah juga pihaknya menghadapi sejumlah kendala, terutama soal pelatih yang terbatas. Padahal sebagian besar sekolah di Pandeglang memiliki alat musik Rampak Bedug.
“Memang diakui, dibeberapa lokasi sudah mulai punah karena tidak ada penerusnya. Tapi muncul sanggar baru berkaitan dengan Rampak Bedug,” sebutnya.
“Di sekolah juga banyak, tapi kendalanya dari pelatih terbatas. Tapi kami ada program gerakan seniman masuk sekolah untuk melatih siswa agar bisa tampil,” tandasnya. (IN)