MENARAnews.com, Denpasar (Bali) – Berkenaan dengan peringatan Hari Pahlawan, 10 Nopember 2019, mahasiswa dan aktivis di Denpasar, Bali menggelar Aksi #Balitidakdiam dengan kemasan yang berbeda, yakni meluapkan aspirasi dan ekpresi lewat aksi seni, musik, mural, kolase dan panggung teaterikal.
“Kami sengaja memilih aksi dengan cara-cara seni, dan kami juga sengaja memilih tempat ini (lapangan lumintang) karena banyak keluarga keluarga yang menghabiskan akhir pekan disini. Sehingga aksi kami dengan seni ini bisa disaksikan langsung oleh masyarakat,” ungkap humas aksi I Made Bagashkara Dharma Sumaji, minggu (10/11/2019).
Menurut Bagas sapaan akrabnya, tuntutan yang disampaikan pada aksi #Balitidakdiam kali masih sama dengan tuntutan aksi beberapa waktu lalu. Diantaranya seperti, menolak RKUHP, RUU Pertambangan Minerba, RUU Pertanahan, RUU Permasyarakatan, RUU Ketenagakerjaan; Mendesak Pembatalan UU KPK dan UU SDA; Mendesak Disahkannya RUU PKS dan RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga.
“Terus batalkan Pimpinan KPK bermasalah pilihan DPR. Tolak TNI & Polri Menempati Jabatan Sipil. Stop Militerisme di Papua dan Daerah Lain, Bebaskan Tahanan Politik Papua segera,” terangnya.
Selanjutnya Bagas kembali menegaskan bahwa pihak berwajib harus mengusut pelaku kekerasan dan menghalang-halangi kerja jurnalis hentikan intimidasi dan kriminalisasi jurnalis, pegiat HAM, dan aktivis.
“Lalu Hentikan Pembakaran Hutan di Kalimantan dan Sumatera yang Dilakukan oleh Korporasi, dan Pidanakan Korporasi Pembakar Hutan, serta Cabut Izinnya. Terakhir tuntaskan Pelanggaran HAM dan Adili Penjahat HAM, termasuk yang duduk di lingkaran kekuasaan dan pulihkan hak-hak korban segera,” sambungnya.
Selain tujuh tuntutan itu, Bagas juga mengatakan aksi #Balitidakdiam juga sebagai bentuk solidaritas kepada lima korban yang telah gugur pada aksi Reformasi Dikorupsi di berbagai daerah lain. Kelimanya itu yakni Muhammad Yusuf Kardawi dan Immawan Randy dari Kendari, serta Maulana Suryadi, Akbar Alamsyah dan Bagus Putra Mahendra, korban dari aksi di Jakarta.
“Sudah ada lima korban yang telah gugur, kalau ini pertanda bahwa negara kita sedang tidak baik-baik saja. Kalau sampai pihak berwenang tidak bisa mengusut siapa pelaku di gugurnya lima kawan kita, maka ini keterlaluan,” tuturnya.
Teruntuk kawan-kawan yang telah gugur tersebut, menurut Bagas pantas dianggap sebagai pahlawan yang perlu diingat jasanya pada peringatan hari pahlawan 10 November 2019.
“Kami ucapkan selamat hari pahlawan, terpenting pahlawan di Republik ini bukan hanya pahlawan masa lalu. Tapi juga pahlawan yang rela kehilangan nyawanya demi membela hak-hak masyarakat sipil. Seperti teman kita mahasiswa yang gugur,” ucapnya.(DI)
Editor: N. Ardiya