MENARAnews.com, Denpasar (Bali) – Sebagai tindak lanjut untuk menyelesaikan proses pengambilan data serta analisa data, terutama dengan tema “Tindakan Ekstrem Berbasis Agama dan Non-Agama” di berbagai wilayah yang tergolong rentan, salah satunya Bali, Aliansi Pencegahan Konflik dan Kekerasan Basis Ideologi dan SARA Data Riset Advokasi untuk Perempuan dan Anak Indonesia (Droupadi) sebagai lembaga lembaga berbasis riset dan advokasi, mengusulkan sebuah kolaborasi dalam kegiatan diskusi curah pendapat untuk dapat menerima masukan, input, informasi serta pembelajaran dari peristiwa Bom Bali dan perkembangan situasi terkini berkaitan dengan ekstremisme dan radikalisme terutama dari rekan rekan jurnalis dan media yang mempunyai banyak pengalaman meliput isu radikalisme dan ekstremisme di Kubu Kopi, Denpasar, Sabtu (26/10/2019).
Ketua Bidang Media dan Hukum Forum Koordinasi Penanggulangan Terorisme (FKPT) Bali, Emanuel Dewata Oja menyatakan, pemberitaan media memiliki peran penting dalam memerangi hoax.
“Khususnya hoax yang memprovokasi. Media harus menjadi sarana yang menyediakan informasi akurat dan terkonfirmasi,” tegasnya.
Menurut wartawan senior ini, maraknya media berbasis online dan media sosial yang sekedar menjual tajuk berita, membuat masyarakat terkaget-kaget saat menerima informasi. Karena itu, selain pengaturan media, diperlukan pula literasi atau peningkatan pemahaman masyarakat.
Pendapat yang sama disampaikan oleh koordinator Nasional Aliansi Pencegahan Konflik dan Kekerasan Berbasis Idiologi dan SARA, Ni Luh Gusti Madewanti.
Menurutnya, memberikan edukasi terhadap para jurnalis menjadi poin yang sangat penting daripada menutup sumber-sumber hoax yang sudah sedemikian menggunung di lapangan.
“Digitalisasi informasi yang sudah sangat luar biasa tak terbendung, memberikan kesulitan untuk menutup informasi hoax,” pungkasnya.
Sebagai tindak lanjut daripada acar diskusi, memberikan literasi kepada jurnalis untuk mencegah penyebaran informasi yang berpotensi mendukung gerakan radikalisme, merupakan sebuah langkah awal guna meminimalisir penyebaran informasi hoax melalui media, khususnya yang menjurus pada radikalisme. Harapannya media dan wartawan, khususnya wartawan muda pun bisa mengedepankan jurnalisme damai dalam setiap pemberitaan. (DI)
Editor: N. Arditya