MENARAnews, Pandeglang (Banten) – Meski bencana tsunami Selat Sunda yang melanda selatan Kabupaten Pandeglang sudah berlalu setengah tahun lalu, namun kunjungan wisata ke Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) masih lesu.
Pendapatan taman nasional yang menjadi habitat Badak Jawa ini masih anjlok. Bahkan penurunan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) TNUK tidak lebih dari setengah pendapatan yang diterima pada tahun-tahun sebelumnya.
“Sangat menurun, hampir 25 persen dari yang biasanya penerimaan kita Rp500 juta per tahun. Namun sekarang paling sekitar Rp100 jutaan. Hal itu terjadi sejak bencana tsunami Desember lalu,” ujar Kepala TNUK, Anggodo, Selasa (20/8/2019).
Anggodo mengakui sejak diterjang tsunami, belum semua fasilitas di TNUK diperbaiki. Beberapa dermaga masih dalam keadaan rusak, termauk toilet di Ciganter. Upaya untuk menyelesaikan perbaikan kerusakan tersebut pada tahun ini pun nampaknya membutuhkan perjuangan yang lebih besar.
“Fasilitas belum semua (diperbaiki), kita kan rencananya mau dapat bantuan dari pusat terutama bangunan yang terdampak langsung dari tsunami termasuk toilet di Ciganter. Tapi ternyata rasanya harus perlu perjuangan lagi untuk mendapat bantuan,” bebernya.
Selain itu, pihaknya juga terus menggencarkan promosi TNUK melalui media sosial. Anggodo pun menjamin jika situasi di Ujung Kulon saat ini sudah aman untuk dikunjungi wisatawan.
“Saat ini ada beberapa wisatawan yang tidak terpengaruh dengan isu-isu. Namun Kami jamin saat ini sudah aman,” tegasnya.
Adapun sejauh ini lanjut Anggodo, wisatawan yang paling banyak mengunjungi TNUK berasal wisatawan nasional, terutama dari kota-kota besar. Sedangkan wisatawan mancanegara, lebih banyak berasal dari dataran Eropa.
“Selama ini tujuan utama biasanya ke Pulai Peucang, Handeleum, dan Ciganter dan didominasi oleh wisatawan dari luar kota, terutama kota besar. Kalau dari luar negeri banyaknya Eropa,” tutup Anggodo. (IN)