MENARAnews.com, Denpasar(Bali) – Harga tiket pesawat yang terbilang masih melambung tinggi, menjadi pertimbangan tersendiri bagi para pemudik untuk memilih moda transportasi menyambut mudik lebaran 2019. Hal tersebut kemungkinan akan berdampak pada melonjaknya jumlah pemudik angkutan darat, karena pertimbangan biaya yang cenderung lebih ekonomis.
Sebagai langkah antisipasi awal, Kepala Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Wilayah XII Provinsi Bali dan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Agung Hartono, memaparkan bahwa pihaknya telah melaksanakan pengecekan ramp check angkutan darat maupun pengecekan sarana prasarana penyebrangan dalam Rapat Koordinasi Penyelenggaraan Angkutan Lebaran Provinsi Bali di kawasan Sanur, Denpasar, Bali, Selasa (21/5/2019).
Agung memprediksi bahwa puncak arus mudik di Bali akan terjadi pada H-3 atau H+3 Lebaran. Guna meminimalisir antrian panjang menuju, sejumlah skenario ataupun rekayasa lalu lintas di sepanjang jalan menuju Pelabuhan Gilimanuk pun turun dipersiapkan.
“Tentunya kami mencermati rentang waktu cukup panjang dari hari libur bisa mencapai 11 hari, kalau PNS ada cuti bersama, hanya di Bali ini ada kondisi karakternya berbeda sektor swasta cukup tinggi. Berdasarkan pengalaman dari tahun kemarin terjadi arus puncak H-3, H+3 (Lebaran),” ungkapnya
Agung mengatakan pihak PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Ketapang-Gilimanuk juga melakukan penambahan loket tiket untuk mengurangi kepadatan antrean. Selain itu, ASDP Ketapang-Gilimanuk memberlakukan pembayaran nontunai untuk mempercepat pelayanan.
“Tadi dari ASDP Ketapang-Gilimanuk melakukan skenario penambahan loket penjualan tiket sehingga menjadi dua kali lipat sehingga tidak ada lagi nanti antrean saat membeli tiket, khususnya sepeda motor,” ujarnya.
“Tahun kemarin H-2 itu mencapai 17 ribu artinya hampir 1.000 per jam, ini yang diantisipasi juga dengan pola cashless dengan e-money. Tidak lagi menggunakan uang cash yang memakan waktu karena pengembalian itu makan waktu lama,” jelasnya.
Ditegaskan bahwa pola pembayaran dengan uang digital ini, sudah berlaku sejak akhir tahun lalu saat Natal dan Tahun Baru, hanya saja pada mudik Lebaran 2019, jumlah loket pembayaran akan ditambahkan. Untuk mempermudah masyarakat, beberapa loket top-up atau pengisian uang digital juga disediakan.
“Cashless sudah dimulai tahun kemarin pada saat Natal-Tahun Baru juga, tapi sekarang pintu pelayanannya kan diperbanyak sehingga masyarakat lebih memudahkan antrean. (Efektif) Megurangi antrean, kemudian ada tempat top upnya. Ini kan sudah berpengalaman di sepanjang ini dipasang pengumuman melalui spanduk, juga medsos di instagram,” terangnya.
Satu hal yang dikhawatirkan oleh Agung dalam pelaksanaan mudik kali ini, yakni tentang keberadaan cuaca yang seringkali tidak menentu.
Khususnya di Pelabuhan Lembar, pihaknya berharap tidak terjadi ombak atau gelombang tinggi yang dapat mengganggu aktivitas penyebrangan.
Meski begitu pihaknya mengaku siap melakukan antisipasi dengan segala bentuk permasalahan yang terjadi.
Seperti keberadaan cuaca, pihaknya meminta Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk selalu menginformasikan perkiraan cuaca yang terjadi pelabuhan, baik di Padang Bai-Lembar maupun Ketapang-Gilimanuk.
“Ini menjadi penting dan mudah-mudahan nanti pada posisi angkutan Lebaran ini tidak terjadi cuaca yang ekstrim,” harapnya.
Namun pihaknya mengaku telah mengkonsultasikan permasalahan ini ke BMKG, ada kecenderungan bahwa fluktuatif kondisi cuaca ini relatif menurun.
Dalam rapat tersebut selain dihadiri oleh Kementerian Perhubungan, juga hadir Dinas Perhubungan provinsi serta kabupaten/kota se-Bali, Polres/Polresta se-Bali, Dewan Pimpinan Daerah Organisasi Angkutan Darat (DPD Organda) Bali, Ditlantas Polda Bali, BMKG, Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Basarnas dan Jasa Raharja. (DI)
Editor: N. Arditya