MENARAnews.com, Denpasar(Bali) – Diam, satu kata yang tergambar dari ForBali untuk DPRD Bali, Wakil rakyat yang seharusnya membantu dalam menyuarakan suara rakyatnya. Tak mau ikut-ikutan diam dalam menanggapi proyek reklamasi Teluk Benoa, ForBali tak hentinya melaksanakan aksi penolakan reklamasi berupa parade budaya Tolak Reklamasi Teluk Benoa bersama dengan Pasubayan dari parkir Lapangan Renon menuju ke kantor DPRD Bali, Denpasar, Bali, Jumat (24/5/2019).
Pasca penggembokan simbolis di Kantor DPRD Bali, ForBALI masih belum berhenti untuk mendesak DPRD Bali agar bersikap tegas menolak reklamasi Teluk Benoa. Kali ini, sebuah spanduk dengan karakter Sangut dalam pewayangan Bali dibentangkan di gedung dewan.
Spanduk tersebut merupakan bentuk satir terhadap sikap dewan yang dinilai oportunis, selalu main aman dalam sebuah pertempuran, hanya mengikuti arus.
“Sangut adalah salah satu karakter dalam pewayangan Bali, karakter yang oportunis, yang mau menyelamatkan dirinya sendiri. Sebagai suatu sindiran (untuk dewan), bahwa mereka selama ini berkarakter seperti Sangut,” pungkas Koordinator ForBALI, I Wayan “Gendo” Suardana dalam orasinya.
Gendo menegaskan bahwa yang dibutuhkan rakyat Bali adalah sosok wakil rakyat yang berani bersikap untuk rakyat. Itu sebabnya, ForBALI akan terus mendesak untuk segera menggelar rapat paripurna dan memutuskan menolak reklamasi Teluk Benoa.
Kemudian segera bersurat kepada Presiden RI Joko Widodo untuk meminta pembatalan Perpres No.51 Tahun 2014, serta meminta Presiden untuk mengembalikan kawasan perairan Teluk Benoa sebagai kawasan konservasi. Mengingat, DPRD Bali seharusnya memperjuangkan aspirasi rakyat.
“Selama 6 tahun DPRD Bali tidak ngapa-ngapain, Ketua DPRD Bali hanya mengambil momentum-momentum yang menguntungkan dia. Minimal bentuk pansus atau lakukan sidang paripurna terkait penolakan terhadap reklamasi itu,” ulasnya.
Gendo mencontohkan tindakan Gubernur Bali, Wayan Koster yang akhirnya menyatakan menolak reklamasi Teluk Benoa. Ketua DPRD Bali ikut menolak sekaligus menyindir gerakan Bali Tolak Reklamasi. Namun sayangnya tidak pernah melakukan tindakan yang serius secara kelembagaan.
Bahkan untuk berupaya mengambil mekanisme politik sebagaimana fungsi seorang wakil rakyat pun sampai saat ini belum terlihat. “Kalian tidak ubahnya seperti Sangut,” tandasnya. (DI)
Editor: N. Arditya