MENARAnews.com, Denpasar (Bali) – Tahun 2018 merupakan tahun yang penuh tantangan dimana perekonomian global tumbuh tidak merata dan penuh ketidakpastian hal tersebut kemungkinan masih akan berlanjut pada tahun 2019 dan tahun berikutnya. Demikian disampaikan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Bali, Causa Iman Karana saat membuka Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2018, Kamis (13/12/2018) di KPwBI Provinsi Bali, Renon Denpasar.
Setidaknya ada 3 hal penting yang perlu kita cermati. Pertama, penumbuhan ekonomi dunia yang pada tahun 2018 diprakirakan sekitar 3,73% (yoy), kemungkinan akan melandai ke 3,70% (yoy) di 2019. Kedua, kenaikan suku bunga bank sentral AS, the Fed, akan diikuti oleh normalisasi kebijakan moneter oleh Eropa dan sejumlah negara maju lainnya. Ketiga, ketidakpastian di pasar keuangan global mendorong tingginya premi risiko investasi ke negara Emerging Markets. “Perkembangan ekonomi global tersebut, berdampak pada kuatnya mata uang dolar AS dan pembalikan modal asing dari negara Emerging Markets serta depresiasi nilai tukar Emerging Markets termasuk Indonesia”, tegasnya.
Mengenai Perekonomian Provinsi Bali ke depannya, Causa Iman Karana menyampaikan masih menghadapi berbagai tantangan berdasarkan perkembangan industri pariwisata terakhir, besarnya ketergantungan terhadap kedatangan wisatawan ke Bali melalui jalur udara menjadi salah satu tantangan yang dihadapi Bali, khususnya bila terjadi bencana alam yang mengakibatkan tutupnya operasional Bandara seperti tahun 2015 dan 2017. “Pengembangan Benoa Tourism Port menjadi hal yang strategis sebagai alternatif pintu masuk ke Bali. Selain itu, rencana pengembangan pelabuhan Celukan Bawang sebagai salah satu pelabuhan penumpang untuk kapal pesiar, juga menjadi alternatif peningkatan akses untuk kunjungan ke Bali”, ungkapnya.
Sementara melihat prospek perekonomian Bali di tahun 2019, Wakil Gubernur Provinsi Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, menjelaskan akan mengalami pertumbuhan positif sebesar 6,00%-6,4% (yoy) tentu melalui visi “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan permasalahan yang terjadi saat ini, dengan menjadikan kebudayaan Bali sebagai basis dan pilar utama pembangunan perekonomian masyarakat Bali. “Program pengembangan perekonomian Bali diarahkan pada pengembangan pusat-pusat perekonomian baru disamping memperkuat lembaga perekonomian yang sudah ada. Pengembangan infrastruktur diarahkan dalam rangka mempersempit kesenjangan antara Bali Utara dan Bali Selatan, disamping untuk mempercepat akses antara Bali Selatan dengan Bali Bali Barat, Timur dan Utara”, tutupnya. (NN)
Editor: N. Arditya