MENARAnews, Denpasar (Bali) – Pasca diturunkannya status Gunung Agung dari level 4 ‘Awas’ menjadi level 3 ‘Siaga’, Gubernur Bali Made Mangku Pastika membantah rumor yang beredar jika para pengungsi Gunung Agung yang mencapai 150 ribu jiwa harus kembali ke rumah masing-masing. Hal tersebut disampaikannya saat acara ramah tamah dengan awak media di ruang press room, Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Bali, Denpasar, Senin (30/10/17).
Menurutnya, setelah penurunan level tersebut hanya enam desa yang masuk Kawasan Rawan Bencana (KRB) dengan radius 6 – 7,5 km dan jumlah penduduk sekitar 47 ribu jiwa.
“Jadi sisanya kami tidak paksa, jika ingin pulang silahkan bukan berarti ngusir, atau masih mau bertahan di pengungsian tidak apa-apa. Tapi jujur, pasti tidak nyaman hidup di pengungsian, tidur desak-desakkan, tidak bisa kerja dan serba terbatas,” jelasnya yang dalam kesempatan itu turut juga didampingi oleh Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Bali, I Dewa Gede Mahendra Putra.
Untuk itu Ia berharap para awak media bisa meluruskan pemberitaan yang tidak benar beredar di masyarakat, karena penurunan status adalah hasil hitungan dan kewenangan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
Lebih jauh, orang nomor satu di Bali ini menyatakan persoalan pengungsi bukanlah masalah untung dan rugi, karena sudah menjadi kewajiban Pemerintah memastikan keamanan dan kenyamanan masyarakatnya.
Kata Pastika, semua harus mematuhi arahan dari PVMBG, karena hanya badan itu yang mempunyai otoritas terkait langkah-langkah yang harus dilakukan terkait aktivitas Gunung Agung. “Jadi kalau statusnya diturunin dan dinyatakan aman untuk kembali ke rumah silahkan, bagi masyarakat yang masih termasuk dalam KRB, diminta bertahan di pengungsian tolong dipatuhi. Karena dia yang tahu melalui perhitungan yang modern dan cermat tentang arah letusan jadi tahun 1963 bukanlah menjadi patokan” jelasnya. Akan tetapi, semua pihak diharapkan tetap waspada karena kemungkinan erupsi masih ada.
Mengenai fasilitasi para pengungsi ke daerah asal, Pastika mengatakan pihaknya sudah menyiapkan truk dan bus bagi para pengungsi yang ingin kembali ke rumah masing-masing, jadi tinggal koordinasi saja dengan pemerintah. Ia juga menambahkan, selama masih ada pengungsi, maka status tanggap darurat akan terus berlangsung, karena terkait dengan masalah logistik.
Bertepatan dengan hari Raya Galungan yang jatuh pada tanggal 1 Nopember mendatang, Pastika mengajak masyarakat Bali memaknai lebih dalam lagi, apalagi di tengah situasi Gunung Agung belakangan ini. Menurutnya kejadian aktivitas vulkanologi kemaren harus dimaknai oleh masyarakat Bali, untuk lebih memupuk rasa persaudaraan kita. “Merayakan secara besar-besaran boleh, Ngelawar yang banyak juga sah-sah saja, tapi ingat saudara kita yang kekurangan, bagilah sedikit, apalagi yang berada di pengungsian,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Ia juga menyatakan inilah waktu yang tepat untuk lebih mempelajari Agama kita, bukan hanya perayaan semata. “Pertanyakan pada diri sendiri dulu, sudah layakkah kita merayakan kemenangan Dharma. Sudahkan kita terbebas dari penyakit AIDSS yaitu Amarah, Iri, Dengki, Sombong dan Serakah? Jika sudah berarti sudah layak kita merayakan Hari Raya Galungan. Apalagi di tengah situasi seperti ini, haruslah kita kuatkan rasa persaudaraan kita,” tandasnya. (NN)
Editor: N. Arditya